Dalam perkembangannya guru memang harus bisa menjadi teladan yang baik dan bisa mengajarkan sesuatu dengan mudah dan dapat dipahami. Usaha yang dilakukan guru agar membuat muridnya mengerti dengan apa yang jelaskannya, bisa disebut kemampuan guru. Guru pada akhirnya dapat melakukan kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran yang bagus akan
menimbulkan efek yang bagus juga, yang mana pembelajaran sendiri pada dasarnya
upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Hal yang diperlukan dalam menetapkan bahan adalah kemampuan guru memilih bahan yang akan diberikan pada siswa. Guru harus memilih bahan mana yang perlu diberikan dan mana yang tidak perlu. Dalam menetapkan pilihan tersebut untuk memperhatikan: (Nana Sudjana, 1989:70)
a.
Tujuan
pengajaran
b.
Urgensi
bahan
c.
Tuntutan
kurikulum
d.
Nilai
kegunaan
e.
Terbatasnya
sumber bahan
Akan tetapi bila dikaitkan dengan pembelajaran sejarah, dari penuturan diatas kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah adalah terbatasnya sumber bahan, tuntutan kurikulum yang banyak dan kurang sesuai dengan fasilitas dan sumber yang ada. Guru tentunya sudah berusaha untuk mendapatkan sumber dan media untuk pengajaran, akan tetapi kendalanya ada pada terbatasnya buku pegangan untuk siswa. Sehingga dalam prose belajar mengajar siswa hanya bisa mendengarkan materi pelajaran yang diberikan oleh gurunya, yang membuat sejarah itu terlihat membosankan karena hanya mendengarkan cerita dan cerita tanpa bisa meliat kejadian sejarah maupun ketempat-tempat yang bersejarah
Menurut Gagne & Brig
mengemukakan bahwa pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan,
melainkan adanya kemampuan guru yang dimiliki tentang dasar-dasar mengajar yang
baik. Instruction is the means employed
by teacher, designer of metarials, curriculum specialist, and promote whose
purpose is to develop and organized plan top promote learning (Gagne &
Brig 1979: 19, dalam buku Proses Belajar Mengajar di Sekolah )
Permasalahan yang dihadapi
guru sejarah sendiri bahwa pembelajaran ini materinya kurang menarik dan juga
terbatasnya media pembelajaran membuat ini menjadi permasalahan yang pelik.
Tetapi dengan begitu guru harus bisa berkembang dan lebih kreatif untuk bisa
menghadapi masalah tersebut. Jadi dengan kata lain tidak henti berkembang atau
belajar lagi walaupun sudah menjadi guru.
Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini (I Gde Widja, 1989: 23)
Sesuai dengan
pendapat tersebut, maka guru harus memberikan masukan yang bagus bagi muridnya
agar murid tidak terjebak dengan kisah masa lalu yang tidak dapat bermakna
serta cuma diajarkan sebatas tau saja tanpa adanya nilai-nilai kehidupan. Makna
pembelajaran itu sangat penting guna kemajuan peserta didik dalam memahami
sebuah peristiwa dan dapatnya ketertarikan siswa dalam menerima pembelajaran
tersebut.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khususnya sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering dan membosankan. Menurut cara pandang Pedagogy Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih banyak memenuhi hasrat dominan grup seperti rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran siswa sebagai pelaku sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).
Pengembangan profesi
pendidik (guru) dan/atau tenaga kependidikan (pengawas) adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan/atau pengawas dalam rangka pengalaman ilmu dan
pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu bagi proses
belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam
rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan.
(Trianto, 2010: 77)
Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis yang
mana pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. (Isjoni, 2009: 14)
Adapun beberapa manfaat media pembelajaran, antara lain: (1) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, (2) Meningkatkan kualitas hasil belajar, (3) proses pembelajaran lebih interaktif, (4) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (5) Efesien dalam waktu dan tenaga. Jadi koran bekas akan bermanfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran sebab banyak gambar atau pun informasi yang bisa dimanfaatkan sesuai materi yang dibahas. (Rahadi, 2003:13)
Kita dapat melihat bahwa
dengan adanya MGMP para guru sejarah merasa sangat terbantu, dalam melakukan
pembaharuan metode maupun perangkat mengajar yang kemudian akan disampaikan
pada para siswa.
Manfaat
yang diharapkan dari diadakanya MGMP adalah sebagai berikut:
a. Manfaat
Teoritis (Bagi Pengembangan Keilmuan) dapat menjadi
b. Bahan
kajian dan pengembangan keilmuan administrasi
pendidikan.
c. Dapat
memberikan stimulus terhadap manfaat forum MGMP terhadap profesionalisme guru.
d. Manfaat
Praktis (Bagi Pemimpin Pendidikan, Peneliti, dan Guru) menjadi masukan bagi
pemimpin pendidikan dalam hal bagaimana meningkatkan profesionalisme guru
melalui forum MGMP menjadi masukan bagi pemimpin pendidikan dalam hal bagaimana
upaya-upaya yang memungkinkan dilakukan dalam meningkatkan profesionalisme guru
yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. menjadi masukan bagi
peneliti di bidang pendidikan dalam hal bagaimana meningkatkan profesionalisme
guru menjadi masukan bagi guru dalam hal bagaimana meningkatkan
profesionalismenya.
MGMP menjadi salah satu
alternatif paling tepat bagi guru sejarah untuk dapat merundingkan dan bertukar
informasi antara guru lain demi perkembangan kemampuan mengajar guru sejarah. Tetapi ada pandangan seperti wawancara saya kepada seorang gurugi Siti Norhayah (Guru Sejarah SMAN 6 Banjarmasin) bagi beliau MGMP adalah tempat perselisihan pendapat antara
guru muda dan guru senior dan menjadi tempat “menggosip” bagi para guru,
“Ya, tapi saya berhenti mengikuti MGMP dari tahun 2010 karena usia yang udah
cukup tua jadi sering berbeda pendapat
antara guru muda dengan saya …..Biasanya membicarakan mengenai perangkat
belajar dan sisanya banyak menggosip, itulah salah satu alasan saya males lagi
ikut MGMP”.
Pembelajaran sejarah yang di
anggap membosankan dikarenakan media dan kemampuan guru dalam memberi materi
sejarah menjadi menyenangkan harus segera di atasi, yaitu dengan caramelakukan
kajian ilmiah terhadap masalah pembelajaran sejarah, misalnya dengan menyusun
‘’Penelitian Tindakan Kelas (PTK)’’. Dengan seringnya guru melakukan kajian
ilmiah dengan menyusun PTK diharapkan guru dapat mengevalusi pembelajaran dan
dan dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran berikutnya agar pembelajaran sejarah menjadi menarik minat siswa. “sekitar tahun 2010 pernah tapi untuk
baru-baru ini ketika kurikulum sudah jadi K-13, belum sempat” ungkap Siti
Norhayah.
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti di arahkan pada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan tercapai. (Zainuri, 1997:46).
Dengan seringnya guru
melakukan kajian ilmiah dengan menyusun PTK diharapkan guru dapat mengevalusi
pembelajaran dan dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan dalam
proses pembelajaran berikutnya agar pembelajaran sejarah menjadi menarik minat
siswa.
Kurikulum itu memang idealnya harus terus diperbaharui setiap periode tertentu. Perubahan kurikulum jangan menjadi kendala dalam mengajarkan sejarah karena kurikulum merupakan pedoman yang bisa dugunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan kurikulum jangan dijadikan beban dalam mengajarkan sejarah karena kurikulum selalu berubah. Dengan adanya kurikulum terbaru ini pembelajaran sejarah dapat diinovasi agar lebih menarik dan tidak membosankan. Media film menjadi salah satu unsur usaha dalam penyampaian materi dengan adanya LCD seiring perkembangan zaman maka, gaya penyampaian pun harusnya mudah dan kreatif lagi. Memperbanyak kegiatan seperti mengikuti diklat mungkin akan berpengaruh juga terhadap cara mengajar.
Guru harus kreatif dalam
mengahadapi keterbatasan media pemebelajaran. Kita sebagai guru maupun para
calon guru dapat menyediakan media sendiri atau membuat media sendiri, misalnya
dengan membuat alat peraga permainan dengan materi sejarah yang diajarkanya,
selain hal tersebut dapat juga menggunakan debat, diskusi, dan presentasi.
Keterbatasana materi dapat disiasati dengan mencari media melalui internet
sehingga peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan. Dalam pendaanpun
lebih baik di atur dan di jaga bersama agar tidak adanya penyelewengan dan
tetap teraah untuk kepentingan pendidikan.